tabir surya |
Sinar matahari bisa jadi merupakan
bentuk dasar energi bersih. Namun, ini tidak terlalu baik untuk kulit
Anda. Sinar matahari dapat menyebabkan penuaan dini dan rasa perih
karena terbakar, yang meningkatkan resiko kanker kulit.
Namun, sinar matahari juga penting untuk kesehatan. Sinar ini menstimulasi produk vitamin D dalam tubuh, melindungi sel dari kerusakan dan membantu mencegah kanker usus, payudara dan perut. American Cancer Society menyarankan, lengan dan wajah terkena sinar matahari selama 15menit sehari, tiga kali dalam seminggu.
Sisanya, Anda membutuhkan pelindung saat berada di luar ruangan. Menentukan jenis atau seberapa banyak yang dibutuhkan bisa membingungkan. Beberapa tabir surya lebih cocok untuk kulit daripada lainnya.
Tabir Surya
Tabir Surya adalah pelindung yang menggunakan bahan baku mineral untuk mengahalangi sinar ultraviolet (UV) mencapai kulit , atau menggunakan bahan kimia penyerap sinar UV sebelum menimbulkan kerusakan pada kulit.
Bahan kimia mampu melindungi kulit dengan baik dari sinar UV B yang membakar kulit. Namun, sebagian besar tak bisa memberi perlindungan terhadap radiasi gelombang sinar UV A yang lebih panjang dan mampu menembus lebih dalam. Hal ini memicu penuaan dini dan kanker kulit. Diantara bahan baku penyerap UV A, beberapa cepat rusak saat terkena sinar matahari dan kehilangan efektivitasnya hanya dalam waktu setengah jam. SPF (Sun Protection Factor) tinggi juga tak membantu karena hanya memberi perlindungan terhadap sinar UV B.
Penghalang sinar UV mineral, titanium dioksida dan seng oksida yang mampu menahan sinar matahari UV A maupun UV B adalah pelindung terbaik. Namun, sebagian besar konsumen menganggap warna putih buram mineral ini tidak menarik. Formulasinya yang kesat dan tebal juga membuat mineral ini sulit untuk diusapkan ke kulit.
Akibatnya, produsen tabir surya menciptakan seng oksida dan titanium dioksida dalam bentuk partikel mungil "berukuran nano" yang menghasilkan pelembab kulit hampir transparan. Sementara itu kekhawatiran dari sisi kesehatan mengenai partikel nano semakin meningkat. Sebuah penelitian mtahun 2007 menunjukan bahwa titanium berukuran nano dapat merusak sel otak tikus. Sebagian besar penelitian yang dilakukan juga menunjukan, bahwa partikel ini akan tetap terjebak di lapisan mati pada permukaan kulit. "Berdasarkan apa yang kami ketahui sejauh ini, manfaat tabir surya lebih besar daripada risikonya," kata Andrew Maynard, Ph. D., kepala penasehat ilmu pengetahuan Project on Emerging Nanotechnologies. " Namun, produsen dan pemerintah harus tetap terus meneliti senyawa-senyawa ini untuk memastikan keselamatan konsumen," ujarnya.
Demikian tulisan mengenai Tabir Surya, semoga bermanfaat....
Sumber:
Zandonella, C.(2009). Noda akibat Sinar Matahari. National Geographic Indonesia
No comments:
Post a Comment
Mohon berkomentar sesuai dengan Artikel yang Anda baca. Terima kasih